Rabu, 09 November 2022

Pulanglah...

November 09, 2022 0 Comments

 

Pulanglah kepada seseorang yang tak pernah membuatmu takut untuk menjadi diri sendiri.

Karena terkadang, kebahagiaan ada tanpa bentuk kekangan dan paksaan. Melainkan kebebasan berekspresi dan memilih untuk tetap berjalan sesuai mampunya diri melangkahkan kaki.

Dan apapun bentuk kekurangan dalam diri kita, tidak ia hakimi. Ia tidak memaksa kita agar dapat berubah sendirian apalagi harus sekaligus, melainkan membimbing dan memahamkan kita agar menuju jalan lebih terang dengan segenap ilmu dan kesabarannya.

Dan segala bentuk kelebihan dalam diri kita, tidak ia halangi. Kita tidak harus pandai menyembunyikannya agar tak terlihat, melainkan sebaliknya. Sepenuhnya, ia mendukung kita dengan segenap jiwa raganya. Ia bersedia menopang semua mimpi-mimpi, merawat kelebihan-kelebihan yang kita punya, dan membantu kita mewujudkan segala hal yang kita angankan.

Kita tidak pernah takut menjadi diri sendiri. Sebab bersamanya, ia memiliki pandangan bijaksana. Bahwa kekurangan bisa ia lengkapkan, bahwa kebengkokan bisa ia luruskan, bahwa kesalahan bisa ia perbaiki, dan bahwa kelebihan bisa teramat sangat ia syukuri. Tanpa memaksa.

Jangan sampai kehilangan diri sendiri saat kita mencintai seseorang. Dalam hal apa? Dalam diri. Jangan sampai kita berubah karena tuntutan. Jangan sampai kita berubah karena ingin mendapat cintanya.

Tetapi berubahlah, bukan karena ingin dicintai seseorang. Tapi sadar bahwa kita butuh perubahan itu, dan ternyata dalam proses perubahan, kita menyadari bahwa ada seseorang yang mau membantu kita menuju proses perubahan itu.

Maka dari itu, pulanglah pada seseorang, yang tidak hanya mencintai kelebihanmu. Pulanglah pada seseorang yang tak hanya kamu cintai melainkan ia juga mencintaimu. Pulanglah kepada seseorang yang tak pernah membuatmu takut untuk menjadi diri sendiri.

Karena, tak ada yang lebih sakit dari kehilangan diri sendiri saat harus mencintai seseorang. Berbahagialah, menjadi diri sendirilah. Sebab kamu pantas, maka carilah tempat dimana tempat itu selalu bangga memilikimu. Bagaimanapun kamu. 

source: https://at.tumblr.com/pilauakara/pulanglah-kepada-seseorang-yang-tak-pernah/809t3wv99hpb

Usia terbaik untuk mandiri

November 09, 2022 0 Comments

 Lebih tepatnya setelah melewati (bukan menghindari) masa atau periode krisis seperempat abad (quarter-life crisis):


  1. Mempertanyakan tujuan hidup; yang pada kesimpulannya setiap manusia memang harus menempatkan prikemanusiaan di atas segalanya (humanisme) demi mencapai kehidupan yang penuh sensorium.
  2. Cemas terhadap pekerjaan yang (ternyata) tidak sesuai 'katanya'; yang pada kesimpulannya semua pekerjaan positif adalah sama, sama-sama ada pertanggungjawabannya, sama-sama butuh pengorbanan, dan sama-sama ada celah mendatangkan nominal yang besar. Di lain spektrum kita bisa menjadikan hukum sebab-akibat atau pengadilan akhirati sebagai penenang rohani kita untuk fakta-fakta menyakitkan tentang penjahat yang digaji oleh uang rakyat kenyang makan nyenyak tidur, tetapi tak perlu juga berlebihan speak up menggunakan embel-embel agama agar kualitas berpikir kita tetap logis, waras, dan bisa bangkit berdasarkan perkembangan zaman serta menghilangkan prinsip "semua akan indah pada waktunya".
  3. Khawatir dengan relasi dan navigasi sosial yang (ternyata) banyak hubungan sosial yang palsu; yang pada kesimpulannya kita tidak harus membahagiakan semua orang untuk sadar penuh atas kebahagiaan diri sendiri.
  4. Dibingungkan dengan keputusan pribadi yang menyangkut masa depan (apapun kontekstualnya); yang pada kesimpulannya semua keputusan harus berdasarkan prikemanusiaan (lagi-lagi humanisme), moderasi yang tepat, dan benar-benar membuang sikap tidak enakkan.
  5. Hidup 'sendiri' untuk pertama kalinya; yang pada kesimpulannya benar-benar menyadari karakteristik kehidupan yang sesungguhnya yang memberitahu kita bahwa dalam hidup selalu saja ada survive yang perlu dibiasakan dengan merendah hati.

Tidak ada formula baku untuk penanganan treatment dan maintenance dalam kehidupan manusia yang berbeda-beda jalan kehidupan untuk bermandiri, selain tidak sepenuhnya kata-kata motivator adalah kesempurnaan pengalaman pribadi (seringkali menambah karangan agar lebih dramatis), juga setiap manusia memang harus melewati semuanya tanpa meng-hack kehidupan agar tidak semakin ribet di kemudian hari.

Saya pribadi bisa merasakan atmosfer kemandirian bisa membuat hidup lebih sangat-sangat fokus, btw tinggal di rumah sendirian cukup hening (bahkan sangat hening), tetapi hal demikian akan menjadi fleksibel ketika saya sudah beristri nanti, dan tidak lagi dikatakan mandiri karena sudah jelas harus kompak di 'kerja kelompok' dunia yang sesungguhnya

source : https://qr.ae/pvBrp5 by Jek nistel

Minggu, 06 November 2022

Mental Mindset

November 06, 2022 0 Comments

Yang aku amati, jarang sekali di antara kita, anak muda, ataupun orang tua, yang selama ini tumbuh berkembang dengan dibekali ilmu life-skills di bidang kesehatan mental. Dan akupun juga terlambat mempelajarinya. Akhirnya bertahun-tahun menjalani hidup dengan situasi mental tak stabil, dan bersusah payah me-manage kemarahan, iri hati, cemburu, nggak PD, dan banyak lagi emosi negatif lainnya.


 

Satu ilmu dasar yang ingin aku bagikan kepada anak-anak muda adalah tentang mengenali konflik/problem dan mengubah mindset.

Pertama:

Kebanyakan dari kita punya sifat default: menghindari konflik (termasuk saya juga dulu). Lalu aku belajar sesuatu yang mengubah mindset.

  • Konflik ditimbulkan oleh ketimpangan/gap. Bisa merupakan perbedaan kepentingan, misalnya: orang tua yang ingin anaknya kuliah di kedokteran, dan si anak yang artistik yang ingin jadi seniman. Gap dalam keagamaan, yang banyak sekali di negeri kita, yang menurut golongan A harus begini golongan B yang berbeda sudah pasti akan berkonflik. 
  • Dalam pertemanan, misalnya temanmu melakukan sesuatu yang menurutmu tidak semestinya, maka Gap-nya adalah gap antara personal values/nilai pribadimu dengan kenyataan yang terjadi pada temanmu.
    Intinya, pahami bahwa Konflik ditimbulkan oleh gap. Tapi Gap tidak selalu menjadi konflik, hanya potensi saja.
  • Gap/ketimpangan adalah akibat lumrah dari perbedaan. Perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, perbedaan mindset.
  • Sedangkan jangankan dari jutaan manusia, dari anak-anak yang keluar dari rahim yang sama, pasti berbeda.
  • Jadi: Konflik adalah hal natural, alami, yang lumrah terjadi, dan harus dialami, bukan untuk dihindari.

Mindset ini kedengarannya sangat simple dan sederhana, tapi begitu kita menyadari bahwa konflik itu natural, kita tak lagi stress atau mencari jalan memutar untuk menghindari konflik.

Kedua:

kenali area problem-mu, jangan memusingkan area yang bukan problem-mu. Sebisa mungkin, fokuslah dengan memperkecil area problem, bukan dengan melebarkannya.

Contohnya:

Jika temanmu membocorkan sifat negatifmu ke teman lain, apakah itu problem-mu? Silakan dipikirkan sebentar …


Jawabannya adalah: Tidak - ini bukan problem-mu. Jika kamu nggak punya kepentingan untuk menjaga image, dan kamu tenang, nyaman, dan percaya pada dirimu sendiri, maka problem ini berada di luar lingkup-mu.
Tak perlu diurusi.


Bagaimana jika kamu merasa terganggu? Luangkan waktu untuk mencari kedamaian diri dan di hati, sehingga kamu nggak gampang terpantik dan akhirnya mengeluarkan energi untuk hal-hal yang nggak perlu.

Contoh lain, jika ada orang lain yang naksir pacarmu, dan kirim-kirim text flirting, apakah ini problem-mu ?

Jawabannya sekali lagi, Tidak. Ini bukan urusanmu. Ini urusan pacarmu dengan orang yang naksir, biarkan pacarmu me-manage urusan ini. Bagaimana jika pacarmu juga ikutan tertarik flirting dengan orang lain? Disini, jawabannya bisa jadi Iya, bisa Tidak.


Jika, kamu melandaskan rasa percaya dan memberi cinta tanpa ekspektasi, ini adalah posisi dimana ini TIDAK menjadi problem-mu, sehingga tidak perlu menguras energimu. Dengan punya mindset, "
memberi saja, tanpa ekspektasi", hidup jadi santai banget. Kalaupun pacarmujadinya membelot meninggalkan kamu, kamupun tetap santai, karena dengan mindset memberi saja, jika hasilnya tak sesuai ekspektasi, tetap saja kamu bisa berdamai dengan keadaan dan diri sendiri.

Contoh lain: Bagaimana jika orang tua memaksamu, tentang apa saja mulai dari kuliah apa, boleh atau nggak naik gunung. Sebenarnya ini juga bukan problem-mu.


Bisa saja, kamu menuruti kemauan orang tua, tanpa merasa terpaksa, sehingga itu sama sekali bukan jadi problem-mu, terlebih jika kamu bisa melakukan hal yang kau inginkan secara bersamaan. No problemo.


Jika, kamu ingin melakukan kemauanmu, tanpa melakukan kemauan orang tua, inipun sebenarnya juga

source : https://id.quora.com/profile/Brooke-Tris

Momentum itu perlu dirayakan

November 06, 2022 0 Comments

Saya sedang menyortir berkas-berkas lama saya di harddisk ketika saya tiba-tiba berhenti di salah satu folder berisikan kumpulan foto lama saya. Saya berhenti dan termenung melihat foto-foto tersebut, seketika saya bernostalgia kembali


Mendadak saya sadar, waktu telah berlalu dengan cepat. Saya ingat dulu ketika masih SMP saya ingin cepat-cepat lulus sehingga bisa masuk SMA. Ketika SMK, saya berharap bisa cepat-cepat menyelesaikan ujian nasional dan lulus sehingga saya bisa merasakan bangku kuliah.

ada sedikit rasa penyesalan di dalam diri saya. Saya tidak benar-benar menikmati momen-momen masa lalu dengan senikmat-nikmatnya. Saya seharusnya bisa lebih menghargai momen tersebut dan bukannya lebih banyak berpikir tentang masa depan.

Stop thinking about the future and anything else, just enjoy living in the present.

Seberapa sering kita duduk dan termenung lalu berpikir tentang hal-hal di masa depan yang ingin kita wujudkan? Seberapa sering kita merasa bosan dan berharap untuk waktu berlalu lebih cepat? Seberapa sering kita tidak menghargai momen bersama orang-orang di sekitar kita dan memilih menciptakan momen bersama hp kita?

Masa depan itu penting. Tetapi coba sekali saja, nikmati momen saat ini. Nikmati makananmu tanpa harus berpikir mengenai rencana hari esok. Nikmati waktu mandimu tanpa harus menyusun rencana liburanmu. Nikmati kebersamaan bersama orang lain tanpa harus melihat postingan orang lain di Instagram. Nikmati momen saat ini, tanpa harus melihat momen di masa depan.

Tidak perlu khawatir dengan apapun rencanamu di masa depan. Hal yang harus dikhawatirkan adalah ketika kamu berhasil mencapai rencana tersebut dan termenung sedih dengan masa lalu yang tidak berhasil kamu nikmati dengan baik.

Teruntuk kamu yang masih SMP, nikmatilah setiap hari pergi sekolah, belajar dan mengerjakan PR. Teruntuk kamu yang masih SMA, nikmatilah setiap hari berkumpul dengan teman-teman di sekolah, bercanda gurau dan dimarahi guru. Teruntuk kamu yang masih kuliah, nikmatilah setiap waktu lelah yang kamu dapat, tugas-tugas deadline serta kebersamaan bersama teman-teman di kampus.

Teruntuk kamu semua, nikmatilah momen bersama orang-orang di sekitarmu. Ciptakan momen yang terbaik, karena momen itu susah diulang dan pada akhirnya orang-orang di sekitar kita akan hilang dari hidup kita, bahkan kita sendiri nanti akan hilang dari kehidupan ini. Maka, nikmatilah momen yang ada sekarang ini, tidak perlu khawatir dengan apapun.

Hidup terlalu singkat untuk selalu khawatir dengan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan.

source : https://id.quora.com/profile/Jericho-Siahaya 

Sabtu, 10 September 2022

Apasih bedanya hidup di Kota dan di Desa ?

September 10, 2022 0 Comments

Di kota kamu harus tebal dompet
Di desa kamu harus tebal telinga; kamu miskin diomongin, kamu kaya diomongin (yang bisa menghasilkan rezeki dengan berteknologi tidak jarang difitnah pesugihan), kamu di rumah saja diomongin, kamu sering keluar rumah diomongin (apalagi kalau perempuan pulang malam), kamu pacaran diomongin, kamu jomblo diomongin, kamu belum menikah diomongin, kamu hamil di luar nikah apalagi (tetapi kalau nikah muda tidak akan diomongin, dan diomongin ketika belum mengandung), mulai dari cara berpakaian, berbelanja, bekerja, berteman, berasmara, bahkan apapun gerak-gerik yang kamu lakukan siap-siap untuk dikomentari 

(maka tidak heran jika netizen +62 dikenal bar-bar dan tidak sopan se-asia tenggara, fyi; singapura adalah paling sopan se-asia, amerika serikat paling sopan se-amerika, britania raya paling sopan se-eropa, dan belanda paling sopan se-dunia).[1]

Definisi kaya dan sukses di kota adalah pendidikan dan kesejahteraan.

Definisi kaya dan sukses di desa adalah barang belian; memperlihatkan pergelangan tangan yang dipenuhi emas, kendaraan, perabotan rumah, hingga pakaian trendi untuk berpenampilan nyentrik.

Pekerjaan idaman di kota adalah pengusaha.

Pekerjaan idaman di desa adalah yang berseragam (apapun itu khususnya pns/tni/polisi, asalkan bukan seragam ormas), enggak peduli gaji pas-pasan, yang penting 'nama keluarga' terpandang.

Definisi dewasa di kota adalah ketika berparadigma dengan baik.

Definisi dewasa di desa adalah ketika 'sudah menikah' maka dianggap dewasa.

Definisi sombong di kota adalah permasalahan teman se-circle.

Definisi sombong di desa adalah ketika tidak klakson, tidak nge-chat, bahkan ketika kamu memiliki kesibukan dan tidak ikutan ngumpul-ngumpul sekalipun (diberlakukan untuk semua orang).

Definisi orang baik di kota adalah ketika sudah lama saling mengenal dan tidak bertoksik.

Definisi orang baik di desa adalah ketika kamu berpenampilan dan bersikap dengan formalitas yang baik.

Permasalahan di kota mengacu pada perkembangan awak media.

Permasalahan di desa sangat kompleks; mulai dari fitnah yang berawal dari gosip dan gibah (penyebab dari poin nomor 1) yang biasanya bersumber terbesar dari warung perbelanjaan, permusuhan keluarga, distorsi (menambah-nambahkan atau melebih-lebihkan) informasi, klenik, mudah menelan hoax dan dipermainkan politik, bahkan ketidakrukunan antar tetangga (pengaruh dari poin nomor 2) hingga permusuhan dalam jangka panjang, rahasia apapun (apalagi aib) akan selalu bocor.

Anak-anak di kota stres karena ujian nasional (sekarang tidak ada).

Anak-anak di desa stres karena aturan orangtua; anak-anak ditekankan ketika mendewasa wajib membalas jasa orangtua, anak-anak tidak diberi kesempatan menyuarakan isi hati bahkan dilarang untuk beradu argumen meskipun ketika orangtua salah, anak-anak diberikan banyak larangan disertai aturan keluarga (maka tidak heran jika anak sekolah di desa-desa sangat malu untuk bertanya karena sejak kecil mereka di-press dengan banyak batasan dan larangan hingga sulitnya beraktualisasi).

Anak-anak di kota diajarkan berinvestasi.

Anak-anak di desa diajarkan menabung.

Trendi di kota sangat dinamis dan idealis.

Trendi di desa sangat musiman yang biasanya mengacu kepada apa yang viral di media sosial.

Kenakalan remaja di kota; seks bebas (melalui gaya hidup) dan amunisi berat.

Kenakalan remaja di desa; seks bebas (melalui tontonan video dewasa atau adegan mesra dari drakor, tak segamblang di perkotaan) dan amunisi-amunisi ringan/sederhana, knalpot bising tak kenal tempat, dan jamet.

Capaian prioritas ABG di kota adalah mewah.

Capaian prioritas ABG di desa adalah menikah.

Tongkrongan muda-mudi di kota adalah tempat (apapun) yang menjadi langganan kenyamanan.

Tongkrongan muda-mudi di desa adalah tempat-tempat baru (buka) dan cenderung wara-wiri mencoba jajanan baru, seblak dan boba sudah menjadi generalisasi.

Pernikahan di kota; hanya mengundang orang-orang terdekat dan terkhusus, hiburan simpel, volume sound system yang menyesuaikan, tema minimalis.

Pernikahan di desa; mengundang banyak orang sebisa mungkin (amplop dijadikan sebagai utang, terutama tradisi 'membalas amplop'), hiburan dibuat senyaring mungkin (makin ribet makin dipandang kaya), volume sound system sampai ke dada dan kaca rumah tetangga bergetar (tak lupa dengan dangdut koplonya), make up pengantin yang sangat tebal mengubah penampilan.

Outfit santai ABG di kota; cowok memakai perpaduan antara kaos minim gambar atau bahkan polos dengan boxer atau kolor atau training panjang, cewek memakai perpaduan antara crop top atau tank top atau singlet dengan hotpants atau training.

Outfit santai ABG di desa; cowok memakai perpaduan antara kaos oblong (apa saja) atau jersey dengan kolor atau boxer atau celana denim, cewek memakai perpaduan antara kaos atau long sleeve dengan celana denim atau kulot (tak lupa jilbab segitiga tanpa ciput bagi yang berhijab).

Isi gadget ABG di kota; foto dan dokumen pribadi hingga potret harian.

Isi gadget ABG di desa; drakor dan k-pop (wallpaper, status, stories).

Fenomena jalan di kota; lama nyampe karena macet.

Fenomena jalan di desa; lama nyampe karena jalan rusak (tergantung kualitas aparatur desa setempat).

Vibes ABG di kota; konsisten dengan style-nya masing-masing.

Vibes ABG di desa; sangat dinamis, mulai dari berpenampilan, gaya bicara, bahasa tubuh, bahkan aktivitas sehari-sehari dimirip-miripin semirip mungkin dengan artis idola.

Aktivitas luar rumah di kota; makin mandiri makin berkelas.

Aktivitas luar rumah di desa; ke sana kemari (bahkan ke toilet sekalipun) harus diantar teman.

Bahasa yang dikelaskan ABG di kota; american dan british.

Bahasa yang dikelaskan ABG di desa; "lu - gue".


Dalam kacamata antropologi, kehidupan di kota jelas lebih progres dikarenakan sumber pengetahuan, pendidikan, seni, teknologi, dan lain sebagainya yang mudah ditemukan menjadikan eskalasi kehidupan urban.

Sumber makanan terbesar adalah dari desa, sawahnya petani sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup di pedesaan maupun di perkotaan.

sumber : Jek-Nistel ~ Quora

Mengapa Orang pintar biasanya Culun ?

September 10, 2022 0 Comments

Body and Mind membentuk yang namanya Manusia. Bisa disebut juga dengan Matter and Mind.


Mind >> Jika anda mendapati diri anda kaya akan berpikir,ide, gagasan, memory, anda cenderung akan menjadi orang pintar (jika ide ide tersebut ada penyaluran dan dikerjakan, jika tidak, cenderung menjadi orang yang suka mengeluh dan komplain) .

Matter >> Jika anda mendapati wajah anda menarik, tubuh anda atletis, segala bentuk form (matter), anda cenderung akan sibuk memperhatikan penampilan anda (jika terlalu obsesi, hasilnya bisa terlihat di Instagram, tiktok, melakukan hal-hal konyol tapi jika tidak terobsesi, hasilnya adalah enak dilihat, bertindak sewajarnya).

Kembali ke pertanyaan, kenapa orang pintar culun, ya, itu, mereka lebih fokus ke hal yang sifatnya subtle objects semacam ide, gagasan, pikiran daripada yang gross objects yang lebih ke bentuk (form) dan segala macam bentuk. Jadi orang yang cenderung fokus ke subtle objects, akhirnya mereka tidak terlalu mempermasalahkan bentuk luar, penampilan luar.

Sering sekali ada pertanyaan mengapa Mark Zuckerberg dengan segala kekayaannya tidak memilih istri yang cantik, yang berbentuk tubuh seperrti super model, ya itu, Fokus si Mark ke mindnya, ke gagasan, ide, bukan ke gross objects. Otaknya dipenuhi dengan ide, gagasan, pikiran, .. tentunya dengan hal seperti itu, yang bisa mengimbangi dia adalah yang pintar, pandai, bukan yang cantik dan sexy (bentuk luar/penampilan).

Inilah mengapa orang cantik/tampan dengan tubuh menarik yang dimana sangat memperhatikan penampilan baik wajah dan badan, pada umumnya jika diajak bicara, pengetahuan mereka tidak terlalu dalam. Ini disebabkan karena waktu dan energi mereka lebih banyak didekasikan untuk fokus ke penampilan luar bukan pengetahuan (membaca buku dll). Ada juga sih yang cantik/tampan dan pintar, saya cenderung menyebutnya "oknum / manipulator".

Begitu pula sebaliknya, mengapa orng pintar itu culun, antik, kadang vintage hehehe itu disebabkan karena waktu dan energi banyak difokuskan kepada pemikiran, maka tak heran seorang profesor identik dengan botak, buncit dan kacamataan.. waktu dan energi sudah habis untuk membuat penelitian dan berpikir, tidak ada yang tersisa waktu untuk ke spa, salon dan gym.

Orang yang lebih cenderung ke Mind pada umumnya cenderung suka membaca novel karena mereka bisa berimajinasi. Orang yang lebih cenderung ke matter, biasanya memilih untuk menunggu karya novel itu dirilis dalam bentuk Film/Movie.

sumber : Indra ~ Quora

Jumat, 24 Juni 2022

Alasan Logis, kenapa si 90 an nggak nikah nikah

Juni 24, 2022 0 Comments

akhir akhir ini gw sering banget menyerempet serempet soal nikah, di beberapa tulisan terakhir gw, bukan munafik sih, gw juga berada di usia nikah sebenernya, ya mau gimana, pikiran gw lagi kesitu sekarang, ya mungkin kalau gw ngetik di blog ini masih usia 15 thn, ya mungkin bahasannya soal geometric dan aljabaria wkwk, curhat colongan gess,  gpp lah ya, wkwk


Jadi kenapa si anak 90 an nggak nikah nikah, karena mereka mengalami fase menyenangkan 2x berturut turut dan punya tingkat depresi yang tinggi.

di masa kecil kita, kita disuguhkan dengan teknologi sebatas televisi, radio, telpon genggam biasa, hiburan hiburan kita masih sebatas komik komik. dan serangkaian film kartun dari pukul 7 pagi sampai 12 siang, seperti doraemon, chibi marukochan, ninja hatori, dll




permainan tradisional kayak kelereng, petak umpet, layangan, congklak dll masih kita nikmati di sisa sisa akhir di mana globalisasi mulai datang di era 2000 an awal

ketersediaan informasi yang terbatas, menjadikan koran, radio, televisi, majalah jadi yang utama dan kita masih tidak terlalu peduli, dan kalau memang kita mau untuk mendapatkan berita yang lebih luas lagi , kita bisa berdiskusi dengan orang orang, 

ketimbang sosial media sesekarang ini, saat itu warung kopi pun masih sangat hangat hangat nya dengan canda tawa, ibu ibu yang saling gosip tetangganya saat beli sayur mayur, dan lain sebagainya, skarang masih ada sih, walau udah kebagi ke grup wa juga ada katanya wkwk



pertukaran informasi juga terjadi di setiap orang yang silih berganti di angkutan umum, saling bertukar informasi, mendiskusikan hal hal remeh dan saling menertawakan hidup

saat covid19 menyerang akhir akhir ini, kebiasaan kebiasaan yg pudar itu makin pudar, orang orang menjaga jarak, mereka lebih asyik dengan gadget nya, itu menjadi lumrah untuk sekarang, 

dan kita saat itu berfikir, kehidupan seperti ini (masa 90 an) akan terus berlanjut kurang lebih sama, kalau kita flashback ke belakang, orang tua orang tua kita, di usia mereka yang mulai dewasa mereka berfikir, yaudahlah, nggak ada yang asik lagi nih, gitu gitu aja, perbaiki diri deh, ibadah yang rajin, nikah abis itu, punya anak, dll, 



saat itu mungkin ibadah mereka pun tidak terdistrack sama notif notif shopee dan gofood, jadi mereka fokus ibadah, mereka fokus memperbaiki diri, fokus ngumpulin duit, dan akhirnya mereka bisa mempersiapkan diri untuk menikah di usia mereka yang masih muda, mereka spertinya tidak mengalami 2 zaman kesenangan di masa berapi api kayak yang kita alami skarang

terus kita gimana ? di usia kita yang dewasa ini, yang harusnya udah fokus sama hal hal kayak gitu, mempersiapkan diri dll, karena udah puas yang namanya main kelereng, layangan, congklak dll,  malah kedistrack sama kesenangan kesenangan baru , Sosial media yang bermacam macam, smartphone yang makin canggih, makanan minuman yang beragam, segala barang dan jasa yang unik dan menarik mulai mudah untuk didapatkan, hiburan yang harusnya sudah kita bisa redam, malah membangunkan kita kembali



ketika internet mulai menjamur, segala informasi menyenangkan dapat dengan mudah kita ketahui, yaudah, seneng aja lagi, ntar aja deh mikirin yang bgitu bgitu hehehe

budaya berbagi mulai dari keresahan, kesukaan, rasa syukur , hingga foto foto terbaik diberbagai tempat, seolah menjadi ibadah wajib buat kita, orang orang seolah nggak bisa lepas dari sosial media

dan itu pun membuat waktu kita habis yang harusnya bisa fokus memperbaiki diri, fokus sama karir, fokus sama ngumpulin duit dll. jadi terlambat , karena ada hal baru nihh wkwkwk . 

kemudahan dan arus informasi yang tidak lagi dapat dibendung membuat orang orang kewalahan, semua tersaji begitu saja, membuat orang orang kesulitan membatasi dirinya untuk mendapat informasi. 

orang orang akan memiliki kecenderungan harus melakukan dan mengejar banyak hal dalam satu waktu dengan waktu yang sangat terbatas, akibatnya arus lalu lintas dikepala semakin kencang dan mengakibatkan waktu terasa semakin cepat dan terburu buru,




dan kita jadi kyak kurang bersyukur gitu dengan apa yang kita punya sekarang, sampai sampai budaya soal stoikisme itu hadir lagi dan diperkenalkan 

rasanya, dengan derasnya arus informasi itu membuat kita berfikir untuk rehat sejenak dari kesibukan pikiran yang luar biasa, dengan untuk melamun aja deh, nggak usah mikirin apa apa, mau nikmati kopi, senja dan hujan, yang mana di masa orang tua kita, mereka malah melakukan itu lebih sering lho...




suka dukanya gitu ya, terus adik adik kita yang lahir di thn 2000 an, malah banyak yang nikah muda lagi, kenapa coba, kalau u membaca tulisan gw baik baik pasti paham, karena mereka tidak melewati 2 zaman kesenangan lagi, mereka lahir dengan zaman yang baru, mereka dari kecil sudah disuguhkan internet, sosmed, olshop dan hal hal lain yang kita baru aja merasakan ini di usia kita yang udah dewasa, 

mereka di usia dewasanya ya udah bosen, ah gini gini aja, sosmed, tempat tempat bagus, dll, olshop gini gini aja, nggak ada invasi manusia ke planet juga akhir2 ini, yaudah mereka fokus memperbaiki diri, memperbaiki ibadah, fokus karir, dan nikah di usia muda nya, karena kesenangan mereka sudah selesai..



tapi gess , jangan merasa sendiri, gw pun sama kok, terdistrack sama hal hal baru kyak gini, tapi kita si 90 an jadi punya pengalaman yang banyak banget dari kejadian 2 zaman akhir akhir ini, kita jadi punya banyak pandangan dari setiap hal yang kita hadapi, mental kita dilatih banget kan ? wkwkwk

ini nyambung ga sih sama judulnya, kayaknya sudah jauh ya, wkwk 

ada yang mau sharing, atau beda pendapat sama gw, koment aja ya, kita belajar bareng bareng 

yasudah see you next time .. stay classy, 

Hidup Hedon ? kenapa nggak..

Juni 24, 2022 0 Comments

Hedon itu soal menikmati masa jaya, menghamburkan uang untuk menyenangkan diri sendiri, kalau kata kbbi sih, lebih ke kesenangan dalam konotasi negatif, tapi bentuk hedon yg mau gw bahas disini lebih ke self reward, saat gw buat tulisan ini sebenernya gw udah di jalur turun dari masa masa hedon gw, hedon yang positif ya, kenapa sih hedon atau glamor, itu dianjurkan ??,

Karena dengan hidup yang di nikmati, u bisa merasakan apa yang pingin banget u rasakan, misalnya pingin naik gunung, pingin gadget terbaru, pingin jalan jalan ke mall terus, makan di restoran mewah, pakai assesoris mahal di badan, beli moge biar keren di jalan, jalan jalan keluar negeri dan lain sebagainya,




Kita dianjurkan menurut para psikolog, untuk seperti itu, karena dengan memenuhi semua hal yang ingin sekali kita lakukan, kita akan merasa puas,, ya walau manusia nggak ada puas2 nya sih, tapi lama lama kan jadi bosan, rasa penasaran kita akan sesuatu yang ingin kita capai akhirnya bisa memberikan pengalaman berharga, entah pengalaman yang baik atau malah buruk,

Tapi bukan juga berarti u asik asikan makan di restoran mewah, yang nasi nya aja 40rb, Kopinya, 65rb, tapi keluarga u kelaparan, makan garam doang, nggak gitu konsepnya, kalau gitu sih u salah..

Makanya ada istilah “ bergayalah sesuai isi dompet” dan u perlu pastikan bahwa orang orang yang u sayangi masih balance lah dengan level Bahagia u, baru dah u hedon, naikin Bahagia u,


Hedon itu punya batas, sesuai dengan kemampuan setiap individunya dan beberapa kepentingan lainnya, ya misalnya udah usia nikah, masih hedon juga, nggak salah sih, Cuma mungkin perlu di kurangi untuk disisihkan ke biaya nikah contohnya,

Hedon itu kan soal mencari bahagia, tapi banyak yang keliru bahwa menikah adalah fase Bahagia, pingin banget gitu nikah, biar Bahagia, padahal nikah bukan Bahagia doang, sedihnya ada, kecewanya ada, saling ngertinya ada, berantemnya ada pasti, kalau menikah adalah ukuran hedon u juga sih,, salah, kecuali nama belakang u bakrie, itu beda cerita wkwkwk


minimal tidak sampai membuat diri kita susah dan menyusahkan orang lain, itu sudah bagus.. beli mobil cicilan 3jt, tapi penghasilan kita Cuma 4jt, ya nyusahin diri sendiri, buat bayar ini itu belum, bagi orang tua belum, kecuali cicilannya 300rb 20thn, gpp lah ya, udah rongsok duluan tuh mobil sebelum lunas wkwk

ada yang bilang katanya, masa muda jangan berfoya foya, invest, nabung buat masa depan, biar hidup cerah dimasa tua dll, ini nggak salah juga, Cuma kurang tepat kalau digunakan untuk mengeneralisir semua orang,

hei broo, nggak semua orang start hidupnya di 10 milyar , ada yang dari 0, ada yang malah dari minus, untuk orang orang yang berada di start hidup yang rendah, masa iya nggak boleh bahagiain diri sendiri,



mereka mereka yang ngomong gitu seperti mendahului tuhan sih kalau gw bisa bilang, mereka memprediksi bahwa hidup mereka menjadi cerah di masa depan, padahal kan kita nggak pernah tau seperti apa hidup kita kedepannya nanti, tugas kita adalah mempersiapkan diri menghadapi hal hal yang terjadi nanti,

tapi mempersiapkan nya ini kan bukan berarti sama sekali ngga boleh foya foya gitu, di balance aja lah, nabung iya jalan, self reward juga jalan, ibadah jalan juga, biar hidup nggak stress stress amat, mental health perlu dijaga bukan ?

lagipula orang orang yang tidak melalui fase hedon padahal dia mampu, nggak akan punya pengalaman nya, gimana rasanya dll, hidup ini Cuma sekali, umur terus bertambah, makin berumur focus kita makin komplek, 



yah gimana ya orang orang ini malah lebih seringnya menyalahkan orang lain atas hidup hedonnya, yang di omongin sih hidupnya tetap fine fine aja, sebenernya merekalah yang malah nggak Bahagia hidupnya, ngurusin orang gitu, orang kayak gini malah keliatannya anti sosial,..

kok bisa bisanya mereka nggak suka dengan cara Bahagia nya orang orang, mengingatkan boleh kok, tapi jangan maksa juga wkwk

kalau u mau tau soal fase setelah kita melewati hedonism, bisa dilihat di tulisan gw disini

>>>Dewasa yang sempurna ? <<<

oh iya, gw Cuma mau ngingetin, kalau lagi hedon, jangan pamer ke orang orang yang ngga bisa seperti u, itu salah juga, nggak jaga perasaan orang, u namanya,, ett…  karena kadang gw suka diledekin Jomblo mulu, bangke emang u pada, wkwk




intinya hedon itu boleh kok, yang penting tidak menyusahkan diri sendiri, bisa mengimbangi lah antara keinginan dan kebutuhan, dan untuk generasi sandwich, semangat bro, gw juga soalnya hehehe

hadehh jadi ngalor ngidul gini .. hmm oke lah, gw nggak closed minded orangnya, jadi kalau ada yang salah dari pendapat gw, silahkan koment aja, kita belajar bareng bareng,

see you next time hehehe

Sabtu, 18 Juni 2022

Dewasa yang Sempurna ?

Juni 18, 2022 0 Comments

Secara hemat, menjadi dewasa melewati beberapa fase dimana dimulai dari Naif, lalu Premis, lanjut ke Hedonis dan akhirnya menjadi Soliter

Ketika kita sudah Memuaskan diri sendiri yang dimulai dari sederhana sampai yang gaya glamor dan hedonisme dengan hasil terpuaskan (tidak penasaran), benar benar sudah merasakan semua hal yang ingin kita capai dan terpuaskan

 dan syukur syukur bisa beruntung menempuh fase Soliter. walau terkadang tidak semua orang sampai fase soliter karena banyak orang yang tidak dapat terpuaskan dengan beberapa kondisi hidupnya itu sendiri,



Karakteristik dan ciri ketika kamu sudah Soliter:

  1. Lebih senang menyendiri (bukan mengucilkan diri / anti-sosialdan memaksimalkan upaya individualis; sudah puas dengan kehidupan hura-hura berkumpul dengan banyak teman, berpetualang gengsi, traveling lintas pulau/negeri, indahnya pemandangan pulau melalui jendela transportasi udara, nyenyaknya tidur di hotel berkelas, dlsb. yang pada akhirnya sadar bahwa begitu banyak waktu terbuang hanya untuk sesuatu yang tiada akhir. Dan keluar rumah hanya untuk hal-hal penting, insidental, dan segala sesuatu yang bersifat simbiosis mutualisme (khususnya asmara).
  2. Cinta Benefit atau menjalin cinta dengan lawan jenis yang memiliki Benefit (bukan benefitnya Friend with Benefit / FwB); tetapi cinta yang bukan sembarang cinta, yang setidaknya ada benefit tertentu jika berpasangan dengan seseorang; yang berbenefit itu seperti dia yang rupawan, atau dia yang cerdas, atau dia yang bertalenta/berbakat. Hal-hal demikian adalah realitas paling waras bagi seorang soliter. Soliter tidak matre karena sudah puas dengan kehidupan hedonisme serta tidak mempermasalahkan keperjakaan maupun keperawanan. Prioritize benefits!
  3. Kehidupan lebih minimalis; tidak gengsi dengan makanan/minuman sederhana (bahkan tradisional) karena sudah puas dengan nikmatnya hidangan mewah, dan berpenampilan sederhana atau disesuaikan sesuai judul aktivitas. Soliter tidak akan pernah insecure pada siapa pun yang menampakkan kemewahan (apalagi flexing) karena sudah puas dan tidak lebay/norak ketika berada di lingkungan yang tidak urban.
  4. Fokus meningkatkan kualitas diri; telah benar-benar bisa menghargai diri sendiri, mulai belajar 'ngfans' terhadap diri sendiri daripada idola, lebih mendengarkan hati nurani dan akal sehat diri sendiri daripada pemuka agama atau siapa pun itu yang jelas-jelas hanya "ngomongmah gampang". Soliter lebih menghindari infotainment selebritas dan sejenisnya yang jelas-jelas tidak ada keuntungannya sama sekali.
  5. Berpikir moderat (tidak fanatik); saya pribadi cukup nyaman berada pada spektrum tengah seperti moderat ini (khususnya dalam agama dan politik), hidup lebih waras dan tidak perlu buang-buang waktu dan energi untuk memuji bahkan membenci, namun akan lebih berupaya meluruskan memberikan sudut pandang kepada yang (secara fakta) telah membuat keresahan.
  6. Tidak suka drama dan pamer; bermain atau menanggapi segala sesuatu yang dramatis adalah buang-buang waktu dan menurunkan 'kelas'. Soliter lebih nyaman dengan kepribadian yang blak-blakan, berterus terang, dan tidak munafik apalagi playing victim.
  7. Menikah bukan tujuan akhir, melainkan awal kehidupan; maka dari itu sangat tidak tertarik menikah muda, selain karena masa muda yang dipuaskan membahagiakan diri sendiri (hedonisme), alasan paling mutlaknya seperti poin nomor 2.
  8. Tidak jual mahal; ini dia yang membedakan antara soliter dengan orang-orang yang jelas 'jual mahal' (yang mungkin saja mengaku-ngaku soliter atau 'merasa' tetapi belum menempuh fase soliter). Soliter justru lebih 'murah' kepada siapa pun khususnya dalam jalinan komunikasi sampai benar-benar menetapkan kelugasan tertentu, dengan pengalaman yang dimilikinya (ketika hedonisme) tentu bisa menyadari bahwa komunikasi dan kehadiran orang-orang adalah hal yang manusiawi, meskipun sekarang (soliter) ini lebih memilih mandiri seperti poin nomor 1.

Untuk menempuh soliter itu membutuhkan waktu yang cukup lama,  karena upaya menurunkan gengsi namun tetap 'bergengsi' adalah hal yang tidak mudah, belum lagi untuk benar-benar menyadari terkait hedonisme yang tiada akhir.

Lalu apa bedanya dengan pribadi yang selalu menyendiri dan menjauhi sosial?

kurang lebih seperti ini :


salah nggak, kalau kita menjalani kehidupan yang hedon ? nggak sepenuhnya salah, karena itu bagian dari pendewasaan juga, terimakasih