Sabtu, 10 September 2022

Apasih bedanya hidup di Kota dan di Desa ?


Di kota kamu harus tebal dompet
Di desa kamu harus tebal telinga; kamu miskin diomongin, kamu kaya diomongin (yang bisa menghasilkan rezeki dengan berteknologi tidak jarang difitnah pesugihan), kamu di rumah saja diomongin, kamu sering keluar rumah diomongin (apalagi kalau perempuan pulang malam), kamu pacaran diomongin, kamu jomblo diomongin, kamu belum menikah diomongin, kamu hamil di luar nikah apalagi (tetapi kalau nikah muda tidak akan diomongin, dan diomongin ketika belum mengandung), mulai dari cara berpakaian, berbelanja, bekerja, berteman, berasmara, bahkan apapun gerak-gerik yang kamu lakukan siap-siap untuk dikomentari 

(maka tidak heran jika netizen +62 dikenal bar-bar dan tidak sopan se-asia tenggara, fyi; singapura adalah paling sopan se-asia, amerika serikat paling sopan se-amerika, britania raya paling sopan se-eropa, dan belanda paling sopan se-dunia).[1]

Definisi kaya dan sukses di kota adalah pendidikan dan kesejahteraan.

Definisi kaya dan sukses di desa adalah barang belian; memperlihatkan pergelangan tangan yang dipenuhi emas, kendaraan, perabotan rumah, hingga pakaian trendi untuk berpenampilan nyentrik.

Pekerjaan idaman di kota adalah pengusaha.

Pekerjaan idaman di desa adalah yang berseragam (apapun itu khususnya pns/tni/polisi, asalkan bukan seragam ormas), enggak peduli gaji pas-pasan, yang penting 'nama keluarga' terpandang.

Definisi dewasa di kota adalah ketika berparadigma dengan baik.

Definisi dewasa di desa adalah ketika 'sudah menikah' maka dianggap dewasa.

Definisi sombong di kota adalah permasalahan teman se-circle.

Definisi sombong di desa adalah ketika tidak klakson, tidak nge-chat, bahkan ketika kamu memiliki kesibukan dan tidak ikutan ngumpul-ngumpul sekalipun (diberlakukan untuk semua orang).

Definisi orang baik di kota adalah ketika sudah lama saling mengenal dan tidak bertoksik.

Definisi orang baik di desa adalah ketika kamu berpenampilan dan bersikap dengan formalitas yang baik.

Permasalahan di kota mengacu pada perkembangan awak media.

Permasalahan di desa sangat kompleks; mulai dari fitnah yang berawal dari gosip dan gibah (penyebab dari poin nomor 1) yang biasanya bersumber terbesar dari warung perbelanjaan, permusuhan keluarga, distorsi (menambah-nambahkan atau melebih-lebihkan) informasi, klenik, mudah menelan hoax dan dipermainkan politik, bahkan ketidakrukunan antar tetangga (pengaruh dari poin nomor 2) hingga permusuhan dalam jangka panjang, rahasia apapun (apalagi aib) akan selalu bocor.

Anak-anak di kota stres karena ujian nasional (sekarang tidak ada).

Anak-anak di desa stres karena aturan orangtua; anak-anak ditekankan ketika mendewasa wajib membalas jasa orangtua, anak-anak tidak diberi kesempatan menyuarakan isi hati bahkan dilarang untuk beradu argumen meskipun ketika orangtua salah, anak-anak diberikan banyak larangan disertai aturan keluarga (maka tidak heran jika anak sekolah di desa-desa sangat malu untuk bertanya karena sejak kecil mereka di-press dengan banyak batasan dan larangan hingga sulitnya beraktualisasi).

Anak-anak di kota diajarkan berinvestasi.

Anak-anak di desa diajarkan menabung.

Trendi di kota sangat dinamis dan idealis.

Trendi di desa sangat musiman yang biasanya mengacu kepada apa yang viral di media sosial.

Kenakalan remaja di kota; seks bebas (melalui gaya hidup) dan amunisi berat.

Kenakalan remaja di desa; seks bebas (melalui tontonan video dewasa atau adegan mesra dari drakor, tak segamblang di perkotaan) dan amunisi-amunisi ringan/sederhana, knalpot bising tak kenal tempat, dan jamet.

Capaian prioritas ABG di kota adalah mewah.

Capaian prioritas ABG di desa adalah menikah.

Tongkrongan muda-mudi di kota adalah tempat (apapun) yang menjadi langganan kenyamanan.

Tongkrongan muda-mudi di desa adalah tempat-tempat baru (buka) dan cenderung wara-wiri mencoba jajanan baru, seblak dan boba sudah menjadi generalisasi.

Pernikahan di kota; hanya mengundang orang-orang terdekat dan terkhusus, hiburan simpel, volume sound system yang menyesuaikan, tema minimalis.

Pernikahan di desa; mengundang banyak orang sebisa mungkin (amplop dijadikan sebagai utang, terutama tradisi 'membalas amplop'), hiburan dibuat senyaring mungkin (makin ribet makin dipandang kaya), volume sound system sampai ke dada dan kaca rumah tetangga bergetar (tak lupa dengan dangdut koplonya), make up pengantin yang sangat tebal mengubah penampilan.

Outfit santai ABG di kota; cowok memakai perpaduan antara kaos minim gambar atau bahkan polos dengan boxer atau kolor atau training panjang, cewek memakai perpaduan antara crop top atau tank top atau singlet dengan hotpants atau training.

Outfit santai ABG di desa; cowok memakai perpaduan antara kaos oblong (apa saja) atau jersey dengan kolor atau boxer atau celana denim, cewek memakai perpaduan antara kaos atau long sleeve dengan celana denim atau kulot (tak lupa jilbab segitiga tanpa ciput bagi yang berhijab).

Isi gadget ABG di kota; foto dan dokumen pribadi hingga potret harian.

Isi gadget ABG di desa; drakor dan k-pop (wallpaper, status, stories).

Fenomena jalan di kota; lama nyampe karena macet.

Fenomena jalan di desa; lama nyampe karena jalan rusak (tergantung kualitas aparatur desa setempat).

Vibes ABG di kota; konsisten dengan style-nya masing-masing.

Vibes ABG di desa; sangat dinamis, mulai dari berpenampilan, gaya bicara, bahasa tubuh, bahkan aktivitas sehari-sehari dimirip-miripin semirip mungkin dengan artis idola.

Aktivitas luar rumah di kota; makin mandiri makin berkelas.

Aktivitas luar rumah di desa; ke sana kemari (bahkan ke toilet sekalipun) harus diantar teman.

Bahasa yang dikelaskan ABG di kota; american dan british.

Bahasa yang dikelaskan ABG di desa; "lu - gue".


Dalam kacamata antropologi, kehidupan di kota jelas lebih progres dikarenakan sumber pengetahuan, pendidikan, seni, teknologi, dan lain sebagainya yang mudah ditemukan menjadikan eskalasi kehidupan urban.

Sumber makanan terbesar adalah dari desa, sawahnya petani sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup di pedesaan maupun di perkotaan.

sumber : Jek-Nistel ~ Quora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar