
Mitos Manusia Super dan Keberanian Memilih "Satu Sumur" - Ada sebuah ilusi yang sering menjebak kita di usia 20-an: perasaan bahwa waktu kita tak terbatas, dan energi kita tak habis-habis. Kita melompat dari satu passion ke passion lain, dari satu bidang karier ke bidang lain, dengan dalih "mencari jati diri".
Namun, ketika angka usia mulai mengetuk pintu kepala 3, realitas datang membawa tagihan.
1. Hukum Kekekalan Fokus
Hidup ini, sadar atau tidak, adalah sebuah permainan alokasi sumber daya. Menjelang usia 30, tanggung jawab bukan lagi sekadar memberi makan perut sendiri. Ada orang tua yang menua, ada rencana masa depan yang butuh fondasi finansial, dan ada tubuh yang mulai menuntut istirahat lebih.
Jika kita terus menggali 10 lubang sumur yang masing-masing hanya sedalam 1 meter, kita tidak akan pernah menemukan air. Kita hanya akan mendapatkan halaman belakang yang rusak penuh lubang.
Sebaliknya, mereka yang berani berkomitmen menggali satu sumur sedalam 10 meter, merekalah yang akhirnya menemukan sumber mata air. Kecondongan pada satu hal bukan berarti kaku; itu berarti kita memilih kedalaman daripada keluasan. Itu adalah strategi bertahan hidup yang dewasa.
2. Keterbatasan Adalah Perekat Kemanusiaan
Kalimat "Serahkan pada ahlinya" bukan diciptakan untuk membatasi potensimu, melainkan untuk menjaga kewarasan peradaban.
Bayangkan betapa melelahkannya jika kamu harus menjadi dokter bagi dirimu sendiri, menjadi montir bagi mobilmu sendiri, sekaligus menjadi arsitek bagi rumahmu sendiri. Tuhan (atau Alam Semesta) menciptakan manusia dengan limit. Kenapa? Agar kita saling membutuhkan.
Keterbatasanmulah yang membuatmu menghargai kelebihan orang lain.
Kelebihanmulah yang membuat orang lain membutuhkanmu.
Jika kamu memaksa menjadi "bisa segalanya", kamu sedang melawan kodrat sosial manusia. Kamu mengisolasi dirimu dalam gelembung kemandirian yang toksik. Mengakui "Aku tidak bisa melakukan ini, tolong bantu aku" adalah tanda kedewasaan, bukan kelemahan.
3. Racun Motivasi: "Kalau Dia Bisa, Kenapa Kamu Tidak?"
Ini mungkin adalah kalimat motivasi paling jahat yang pernah diciptakan. Kalimat ini mengasumsikan bahwa semua manusia dicetak dari pabrik yang sama, dengan chip otak yang sama, dan nasib yang sama.
Ini adalah omong kosong (bullshit).
Setiap orang punya start yang berbeda, bakat genetik yang berbeda, dan trauma yang berbeda. Menyuruh ikan memanjat pohon karena melihat monyet berhasil melakukannya, hanya akan membuat ikan itu merasa bodoh seumur hidupnya.
Menolak kalimat motivasi ini bukan berarti kamu pesimis. Itu artinya kamu tahu diri. Kamu mengenali medang perangmu sendiri. Kamu tahu di mana pedangmu tajam, dan di mana tamengmu retak. Dan itu adalah kebijaksanaan, bukan kemalasan.
Mencoba banyak hal itu boleh, bahkan harus. Tapi ada titik di mana "mencoba" berubah menjadi "melarikan diri" dari komitmen. Sesuatu yang berlebihan, termasuk kebebasan memilih, pada akhirnya hanya akan melahirkan kecemasan (the paradox of choice).
Memilih satu jalan, menekuninya, dan menutup pintu-pintu peluang lain memang menakutkan. Rasanya seperti kita kehilangan banyak kesempatan. Tapi ingatlah ini: Kamu tidak bisa menjadi segalanya.
Dan itu tidak apa-apa.
Mungkin memang ada benarnya keraguanmu itu. Mungkin tulisan ini tidak berlaku bagi para jenius polymath seperti Leonardo da Vinci yang bisa menguasai seni dan sains sekaligus.
Tapi bagi kita, manusia biasa yang punya 24 jam sehari dan energi yang terbatas, kebahagiaan seringkali bukan ditemukan dengan cara menambah daftar kemampuan, tapi dengan cara memangkasnya hingga tersisa satu atau dua hal yang benar-benar kita cintai dan kuasai.
Pada akhirnya, hidup yang bermakna bukan tentang seberapa banyak "topi" yang bisa kamu pakai, tapi seberapa nyaman kamu dengan satu "topi" yang kamu pilih untuk tidak kamu lepas lagi.
Catatan Kaki (Refleksi Pro-Kontra) :
Bagian terakhir sengaja saya buat sedikit melunak ("gw tau kok, kata kata ini mungkin nggak relevan buat semua orang") karena memang benar: ada tipe manusia "Generalis" yang justru mati kutu kalau cuma ngerjain satu hal.
Leave a Comment