Rabu, 09 November 2022

Pulanglah...

November 09, 2022 0 Comments

 

Pulanglah kepada seseorang yang tak pernah membuatmu takut untuk menjadi diri sendiri.

Karena terkadang, kebahagiaan ada tanpa bentuk kekangan dan paksaan. Melainkan kebebasan berekspresi dan memilih untuk tetap berjalan sesuai mampunya diri melangkahkan kaki.

Dan apapun bentuk kekurangan dalam diri kita, tidak ia hakimi. Ia tidak memaksa kita agar dapat berubah sendirian apalagi harus sekaligus, melainkan membimbing dan memahamkan kita agar menuju jalan lebih terang dengan segenap ilmu dan kesabarannya.

Dan segala bentuk kelebihan dalam diri kita, tidak ia halangi. Kita tidak harus pandai menyembunyikannya agar tak terlihat, melainkan sebaliknya. Sepenuhnya, ia mendukung kita dengan segenap jiwa raganya. Ia bersedia menopang semua mimpi-mimpi, merawat kelebihan-kelebihan yang kita punya, dan membantu kita mewujudkan segala hal yang kita angankan.

Kita tidak pernah takut menjadi diri sendiri. Sebab bersamanya, ia memiliki pandangan bijaksana. Bahwa kekurangan bisa ia lengkapkan, bahwa kebengkokan bisa ia luruskan, bahwa kesalahan bisa ia perbaiki, dan bahwa kelebihan bisa teramat sangat ia syukuri. Tanpa memaksa.

Jangan sampai kehilangan diri sendiri saat kita mencintai seseorang. Dalam hal apa? Dalam diri. Jangan sampai kita berubah karena tuntutan. Jangan sampai kita berubah karena ingin mendapat cintanya.

Tetapi berubahlah, bukan karena ingin dicintai seseorang. Tapi sadar bahwa kita butuh perubahan itu, dan ternyata dalam proses perubahan, kita menyadari bahwa ada seseorang yang mau membantu kita menuju proses perubahan itu.

Maka dari itu, pulanglah pada seseorang, yang tidak hanya mencintai kelebihanmu. Pulanglah pada seseorang yang tak hanya kamu cintai melainkan ia juga mencintaimu. Pulanglah kepada seseorang yang tak pernah membuatmu takut untuk menjadi diri sendiri.

Karena, tak ada yang lebih sakit dari kehilangan diri sendiri saat harus mencintai seseorang. Berbahagialah, menjadi diri sendirilah. Sebab kamu pantas, maka carilah tempat dimana tempat itu selalu bangga memilikimu. Bagaimanapun kamu. 

source: https://at.tumblr.com/pilauakara/pulanglah-kepada-seseorang-yang-tak-pernah/809t3wv99hpb

Usia terbaik untuk mandiri

November 09, 2022 0 Comments

 Lebih tepatnya setelah melewati (bukan menghindari) masa atau periode krisis seperempat abad (quarter-life crisis):


  1. Mempertanyakan tujuan hidup; yang pada kesimpulannya setiap manusia memang harus menempatkan prikemanusiaan di atas segalanya (humanisme) demi mencapai kehidupan yang penuh sensorium.
  2. Cemas terhadap pekerjaan yang (ternyata) tidak sesuai 'katanya'; yang pada kesimpulannya semua pekerjaan positif adalah sama, sama-sama ada pertanggungjawabannya, sama-sama butuh pengorbanan, dan sama-sama ada celah mendatangkan nominal yang besar. Di lain spektrum kita bisa menjadikan hukum sebab-akibat atau pengadilan akhirati sebagai penenang rohani kita untuk fakta-fakta menyakitkan tentang penjahat yang digaji oleh uang rakyat kenyang makan nyenyak tidur, tetapi tak perlu juga berlebihan speak up menggunakan embel-embel agama agar kualitas berpikir kita tetap logis, waras, dan bisa bangkit berdasarkan perkembangan zaman serta menghilangkan prinsip "semua akan indah pada waktunya".
  3. Khawatir dengan relasi dan navigasi sosial yang (ternyata) banyak hubungan sosial yang palsu; yang pada kesimpulannya kita tidak harus membahagiakan semua orang untuk sadar penuh atas kebahagiaan diri sendiri.
  4. Dibingungkan dengan keputusan pribadi yang menyangkut masa depan (apapun kontekstualnya); yang pada kesimpulannya semua keputusan harus berdasarkan prikemanusiaan (lagi-lagi humanisme), moderasi yang tepat, dan benar-benar membuang sikap tidak enakkan.
  5. Hidup 'sendiri' untuk pertama kalinya; yang pada kesimpulannya benar-benar menyadari karakteristik kehidupan yang sesungguhnya yang memberitahu kita bahwa dalam hidup selalu saja ada survive yang perlu dibiasakan dengan merendah hati.

Tidak ada formula baku untuk penanganan treatment dan maintenance dalam kehidupan manusia yang berbeda-beda jalan kehidupan untuk bermandiri, selain tidak sepenuhnya kata-kata motivator adalah kesempurnaan pengalaman pribadi (seringkali menambah karangan agar lebih dramatis), juga setiap manusia memang harus melewati semuanya tanpa meng-hack kehidupan agar tidak semakin ribet di kemudian hari.

Saya pribadi bisa merasakan atmosfer kemandirian bisa membuat hidup lebih sangat-sangat fokus, btw tinggal di rumah sendirian cukup hening (bahkan sangat hening), tetapi hal demikian akan menjadi fleksibel ketika saya sudah beristri nanti, dan tidak lagi dikatakan mandiri karena sudah jelas harus kompak di 'kerja kelompok' dunia yang sesungguhnya

source : https://qr.ae/pvBrp5 by Jek nistel

Minggu, 06 November 2022

Mental Mindset

November 06, 2022 0 Comments

Yang aku amati, jarang sekali di antara kita, anak muda, ataupun orang tua, yang selama ini tumbuh berkembang dengan dibekali ilmu life-skills di bidang kesehatan mental. Dan akupun juga terlambat mempelajarinya. Akhirnya bertahun-tahun menjalani hidup dengan situasi mental tak stabil, dan bersusah payah me-manage kemarahan, iri hati, cemburu, nggak PD, dan banyak lagi emosi negatif lainnya.


 

Satu ilmu dasar yang ingin aku bagikan kepada anak-anak muda adalah tentang mengenali konflik/problem dan mengubah mindset.

Pertama:

Kebanyakan dari kita punya sifat default: menghindari konflik (termasuk saya juga dulu). Lalu aku belajar sesuatu yang mengubah mindset.

  • Konflik ditimbulkan oleh ketimpangan/gap. Bisa merupakan perbedaan kepentingan, misalnya: orang tua yang ingin anaknya kuliah di kedokteran, dan si anak yang artistik yang ingin jadi seniman. Gap dalam keagamaan, yang banyak sekali di negeri kita, yang menurut golongan A harus begini golongan B yang berbeda sudah pasti akan berkonflik. 
  • Dalam pertemanan, misalnya temanmu melakukan sesuatu yang menurutmu tidak semestinya, maka Gap-nya adalah gap antara personal values/nilai pribadimu dengan kenyataan yang terjadi pada temanmu.
    Intinya, pahami bahwa Konflik ditimbulkan oleh gap. Tapi Gap tidak selalu menjadi konflik, hanya potensi saja.
  • Gap/ketimpangan adalah akibat lumrah dari perbedaan. Perbedaan persepsi, perbedaan tujuan, perbedaan mindset.
  • Sedangkan jangankan dari jutaan manusia, dari anak-anak yang keluar dari rahim yang sama, pasti berbeda.
  • Jadi: Konflik adalah hal natural, alami, yang lumrah terjadi, dan harus dialami, bukan untuk dihindari.

Mindset ini kedengarannya sangat simple dan sederhana, tapi begitu kita menyadari bahwa konflik itu natural, kita tak lagi stress atau mencari jalan memutar untuk menghindari konflik.

Kedua:

kenali area problem-mu, jangan memusingkan area yang bukan problem-mu. Sebisa mungkin, fokuslah dengan memperkecil area problem, bukan dengan melebarkannya.

Contohnya:

Jika temanmu membocorkan sifat negatifmu ke teman lain, apakah itu problem-mu? Silakan dipikirkan sebentar …


Jawabannya adalah: Tidak - ini bukan problem-mu. Jika kamu nggak punya kepentingan untuk menjaga image, dan kamu tenang, nyaman, dan percaya pada dirimu sendiri, maka problem ini berada di luar lingkup-mu.
Tak perlu diurusi.


Bagaimana jika kamu merasa terganggu? Luangkan waktu untuk mencari kedamaian diri dan di hati, sehingga kamu nggak gampang terpantik dan akhirnya mengeluarkan energi untuk hal-hal yang nggak perlu.

Contoh lain, jika ada orang lain yang naksir pacarmu, dan kirim-kirim text flirting, apakah ini problem-mu ?

Jawabannya sekali lagi, Tidak. Ini bukan urusanmu. Ini urusan pacarmu dengan orang yang naksir, biarkan pacarmu me-manage urusan ini. Bagaimana jika pacarmu juga ikutan tertarik flirting dengan orang lain? Disini, jawabannya bisa jadi Iya, bisa Tidak.


Jika, kamu melandaskan rasa percaya dan memberi cinta tanpa ekspektasi, ini adalah posisi dimana ini TIDAK menjadi problem-mu, sehingga tidak perlu menguras energimu. Dengan punya mindset, "
memberi saja, tanpa ekspektasi", hidup jadi santai banget. Kalaupun pacarmujadinya membelot meninggalkan kamu, kamupun tetap santai, karena dengan mindset memberi saja, jika hasilnya tak sesuai ekspektasi, tetap saja kamu bisa berdamai dengan keadaan dan diri sendiri.

Contoh lain: Bagaimana jika orang tua memaksamu, tentang apa saja mulai dari kuliah apa, boleh atau nggak naik gunung. Sebenarnya ini juga bukan problem-mu.


Bisa saja, kamu menuruti kemauan orang tua, tanpa merasa terpaksa, sehingga itu sama sekali bukan jadi problem-mu, terlebih jika kamu bisa melakukan hal yang kau inginkan secara bersamaan. No problemo.


Jika, kamu ingin melakukan kemauanmu, tanpa melakukan kemauan orang tua, inipun sebenarnya juga

source : https://id.quora.com/profile/Brooke-Tris

Momentum itu perlu dirayakan

November 06, 2022 0 Comments

Saya sedang menyortir berkas-berkas lama saya di harddisk ketika saya tiba-tiba berhenti di salah satu folder berisikan kumpulan foto lama saya. Saya berhenti dan termenung melihat foto-foto tersebut, seketika saya bernostalgia kembali


Mendadak saya sadar, waktu telah berlalu dengan cepat. Saya ingat dulu ketika masih SMP saya ingin cepat-cepat lulus sehingga bisa masuk SMA. Ketika SMK, saya berharap bisa cepat-cepat menyelesaikan ujian nasional dan lulus sehingga saya bisa merasakan bangku kuliah.

ada sedikit rasa penyesalan di dalam diri saya. Saya tidak benar-benar menikmati momen-momen masa lalu dengan senikmat-nikmatnya. Saya seharusnya bisa lebih menghargai momen tersebut dan bukannya lebih banyak berpikir tentang masa depan.

Stop thinking about the future and anything else, just enjoy living in the present.

Seberapa sering kita duduk dan termenung lalu berpikir tentang hal-hal di masa depan yang ingin kita wujudkan? Seberapa sering kita merasa bosan dan berharap untuk waktu berlalu lebih cepat? Seberapa sering kita tidak menghargai momen bersama orang-orang di sekitar kita dan memilih menciptakan momen bersama hp kita?

Masa depan itu penting. Tetapi coba sekali saja, nikmati momen saat ini. Nikmati makananmu tanpa harus berpikir mengenai rencana hari esok. Nikmati waktu mandimu tanpa harus menyusun rencana liburanmu. Nikmati kebersamaan bersama orang lain tanpa harus melihat postingan orang lain di Instagram. Nikmati momen saat ini, tanpa harus melihat momen di masa depan.

Tidak perlu khawatir dengan apapun rencanamu di masa depan. Hal yang harus dikhawatirkan adalah ketika kamu berhasil mencapai rencana tersebut dan termenung sedih dengan masa lalu yang tidak berhasil kamu nikmati dengan baik.

Teruntuk kamu yang masih SMP, nikmatilah setiap hari pergi sekolah, belajar dan mengerjakan PR. Teruntuk kamu yang masih SMA, nikmatilah setiap hari berkumpul dengan teman-teman di sekolah, bercanda gurau dan dimarahi guru. Teruntuk kamu yang masih kuliah, nikmatilah setiap waktu lelah yang kamu dapat, tugas-tugas deadline serta kebersamaan bersama teman-teman di kampus.

Teruntuk kamu semua, nikmatilah momen bersama orang-orang di sekitarmu. Ciptakan momen yang terbaik, karena momen itu susah diulang dan pada akhirnya orang-orang di sekitar kita akan hilang dari hidup kita, bahkan kita sendiri nanti akan hilang dari kehidupan ini. Maka, nikmatilah momen yang ada sekarang ini, tidak perlu khawatir dengan apapun.

Hidup terlalu singkat untuk selalu khawatir dengan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dikhawatirkan.

source : https://id.quora.com/profile/Jericho-Siahaya