Jumat, 24 Juni 2022

Alasan Logis, kenapa si 90 an nggak nikah nikah

Juni 24, 2022 0 Comments

akhir akhir ini gw sering banget menyerempet serempet soal nikah, di beberapa tulisan terakhir gw, bukan munafik sih, gw juga berada di usia nikah sebenernya, ya mau gimana, pikiran gw lagi kesitu sekarang, ya mungkin kalau gw ngetik di blog ini masih usia 15 thn, ya mungkin bahasannya soal geometric dan aljabaria wkwk, curhat colongan gess,  gpp lah ya, wkwk


Jadi kenapa si anak 90 an nggak nikah nikah, karena mereka mengalami fase menyenangkan 2x berturut turut dan punya tingkat depresi yang tinggi.

di masa kecil kita, kita disuguhkan dengan teknologi sebatas televisi, radio, telpon genggam biasa, hiburan hiburan kita masih sebatas komik komik. dan serangkaian film kartun dari pukul 7 pagi sampai 12 siang, seperti doraemon, chibi marukochan, ninja hatori, dll




permainan tradisional kayak kelereng, petak umpet, layangan, congklak dll masih kita nikmati di sisa sisa akhir di mana globalisasi mulai datang di era 2000 an awal

ketersediaan informasi yang terbatas, menjadikan koran, radio, televisi, majalah jadi yang utama dan kita masih tidak terlalu peduli, dan kalau memang kita mau untuk mendapatkan berita yang lebih luas lagi , kita bisa berdiskusi dengan orang orang, 

ketimbang sosial media sesekarang ini, saat itu warung kopi pun masih sangat hangat hangat nya dengan canda tawa, ibu ibu yang saling gosip tetangganya saat beli sayur mayur, dan lain sebagainya, skarang masih ada sih, walau udah kebagi ke grup wa juga ada katanya wkwk



pertukaran informasi juga terjadi di setiap orang yang silih berganti di angkutan umum, saling bertukar informasi, mendiskusikan hal hal remeh dan saling menertawakan hidup

saat covid19 menyerang akhir akhir ini, kebiasaan kebiasaan yg pudar itu makin pudar, orang orang menjaga jarak, mereka lebih asyik dengan gadget nya, itu menjadi lumrah untuk sekarang, 

dan kita saat itu berfikir, kehidupan seperti ini (masa 90 an) akan terus berlanjut kurang lebih sama, kalau kita flashback ke belakang, orang tua orang tua kita, di usia mereka yang mulai dewasa mereka berfikir, yaudahlah, nggak ada yang asik lagi nih, gitu gitu aja, perbaiki diri deh, ibadah yang rajin, nikah abis itu, punya anak, dll, 



saat itu mungkin ibadah mereka pun tidak terdistrack sama notif notif shopee dan gofood, jadi mereka fokus ibadah, mereka fokus memperbaiki diri, fokus ngumpulin duit, dan akhirnya mereka bisa mempersiapkan diri untuk menikah di usia mereka yang masih muda, mereka spertinya tidak mengalami 2 zaman kesenangan di masa berapi api kayak yang kita alami skarang

terus kita gimana ? di usia kita yang dewasa ini, yang harusnya udah fokus sama hal hal kayak gitu, mempersiapkan diri dll, karena udah puas yang namanya main kelereng, layangan, congklak dll,  malah kedistrack sama kesenangan kesenangan baru , Sosial media yang bermacam macam, smartphone yang makin canggih, makanan minuman yang beragam, segala barang dan jasa yang unik dan menarik mulai mudah untuk didapatkan, hiburan yang harusnya sudah kita bisa redam, malah membangunkan kita kembali



ketika internet mulai menjamur, segala informasi menyenangkan dapat dengan mudah kita ketahui, yaudah, seneng aja lagi, ntar aja deh mikirin yang bgitu bgitu hehehe

budaya berbagi mulai dari keresahan, kesukaan, rasa syukur , hingga foto foto terbaik diberbagai tempat, seolah menjadi ibadah wajib buat kita, orang orang seolah nggak bisa lepas dari sosial media

dan itu pun membuat waktu kita habis yang harusnya bisa fokus memperbaiki diri, fokus sama karir, fokus sama ngumpulin duit dll. jadi terlambat , karena ada hal baru nihh wkwkwk . 

kemudahan dan arus informasi yang tidak lagi dapat dibendung membuat orang orang kewalahan, semua tersaji begitu saja, membuat orang orang kesulitan membatasi dirinya untuk mendapat informasi. 

orang orang akan memiliki kecenderungan harus melakukan dan mengejar banyak hal dalam satu waktu dengan waktu yang sangat terbatas, akibatnya arus lalu lintas dikepala semakin kencang dan mengakibatkan waktu terasa semakin cepat dan terburu buru,




dan kita jadi kyak kurang bersyukur gitu dengan apa yang kita punya sekarang, sampai sampai budaya soal stoikisme itu hadir lagi dan diperkenalkan 

rasanya, dengan derasnya arus informasi itu membuat kita berfikir untuk rehat sejenak dari kesibukan pikiran yang luar biasa, dengan untuk melamun aja deh, nggak usah mikirin apa apa, mau nikmati kopi, senja dan hujan, yang mana di masa orang tua kita, mereka malah melakukan itu lebih sering lho...




suka dukanya gitu ya, terus adik adik kita yang lahir di thn 2000 an, malah banyak yang nikah muda lagi, kenapa coba, kalau u membaca tulisan gw baik baik pasti paham, karena mereka tidak melewati 2 zaman kesenangan lagi, mereka lahir dengan zaman yang baru, mereka dari kecil sudah disuguhkan internet, sosmed, olshop dan hal hal lain yang kita baru aja merasakan ini di usia kita yang udah dewasa, 

mereka di usia dewasanya ya udah bosen, ah gini gini aja, sosmed, tempat tempat bagus, dll, olshop gini gini aja, nggak ada invasi manusia ke planet juga akhir2 ini, yaudah mereka fokus memperbaiki diri, memperbaiki ibadah, fokus karir, dan nikah di usia muda nya, karena kesenangan mereka sudah selesai..



tapi gess , jangan merasa sendiri, gw pun sama kok, terdistrack sama hal hal baru kyak gini, tapi kita si 90 an jadi punya pengalaman yang banyak banget dari kejadian 2 zaman akhir akhir ini, kita jadi punya banyak pandangan dari setiap hal yang kita hadapi, mental kita dilatih banget kan ? wkwkwk

ini nyambung ga sih sama judulnya, kayaknya sudah jauh ya, wkwk 

ada yang mau sharing, atau beda pendapat sama gw, koment aja ya, kita belajar bareng bareng 

yasudah see you next time .. stay classy, 

Hidup Hedon ? kenapa nggak..

Juni 24, 2022 0 Comments

Hedon itu soal menikmati masa jaya, menghamburkan uang untuk menyenangkan diri sendiri, kalau kata kbbi sih, lebih ke kesenangan dalam konotasi negatif, tapi bentuk hedon yg mau gw bahas disini lebih ke self reward, saat gw buat tulisan ini sebenernya gw udah di jalur turun dari masa masa hedon gw, hedon yang positif ya, kenapa sih hedon atau glamor, itu dianjurkan ??,

Karena dengan hidup yang di nikmati, u bisa merasakan apa yang pingin banget u rasakan, misalnya pingin naik gunung, pingin gadget terbaru, pingin jalan jalan ke mall terus, makan di restoran mewah, pakai assesoris mahal di badan, beli moge biar keren di jalan, jalan jalan keluar negeri dan lain sebagainya,




Kita dianjurkan menurut para psikolog, untuk seperti itu, karena dengan memenuhi semua hal yang ingin sekali kita lakukan, kita akan merasa puas,, ya walau manusia nggak ada puas2 nya sih, tapi lama lama kan jadi bosan, rasa penasaran kita akan sesuatu yang ingin kita capai akhirnya bisa memberikan pengalaman berharga, entah pengalaman yang baik atau malah buruk,

Tapi bukan juga berarti u asik asikan makan di restoran mewah, yang nasi nya aja 40rb, Kopinya, 65rb, tapi keluarga u kelaparan, makan garam doang, nggak gitu konsepnya, kalau gitu sih u salah..

Makanya ada istilah “ bergayalah sesuai isi dompet” dan u perlu pastikan bahwa orang orang yang u sayangi masih balance lah dengan level Bahagia u, baru dah u hedon, naikin Bahagia u,


Hedon itu punya batas, sesuai dengan kemampuan setiap individunya dan beberapa kepentingan lainnya, ya misalnya udah usia nikah, masih hedon juga, nggak salah sih, Cuma mungkin perlu di kurangi untuk disisihkan ke biaya nikah contohnya,

Hedon itu kan soal mencari bahagia, tapi banyak yang keliru bahwa menikah adalah fase Bahagia, pingin banget gitu nikah, biar Bahagia, padahal nikah bukan Bahagia doang, sedihnya ada, kecewanya ada, saling ngertinya ada, berantemnya ada pasti, kalau menikah adalah ukuran hedon u juga sih,, salah, kecuali nama belakang u bakrie, itu beda cerita wkwkwk


minimal tidak sampai membuat diri kita susah dan menyusahkan orang lain, itu sudah bagus.. beli mobil cicilan 3jt, tapi penghasilan kita Cuma 4jt, ya nyusahin diri sendiri, buat bayar ini itu belum, bagi orang tua belum, kecuali cicilannya 300rb 20thn, gpp lah ya, udah rongsok duluan tuh mobil sebelum lunas wkwk

ada yang bilang katanya, masa muda jangan berfoya foya, invest, nabung buat masa depan, biar hidup cerah dimasa tua dll, ini nggak salah juga, Cuma kurang tepat kalau digunakan untuk mengeneralisir semua orang,

hei broo, nggak semua orang start hidupnya di 10 milyar , ada yang dari 0, ada yang malah dari minus, untuk orang orang yang berada di start hidup yang rendah, masa iya nggak boleh bahagiain diri sendiri,



mereka mereka yang ngomong gitu seperti mendahului tuhan sih kalau gw bisa bilang, mereka memprediksi bahwa hidup mereka menjadi cerah di masa depan, padahal kan kita nggak pernah tau seperti apa hidup kita kedepannya nanti, tugas kita adalah mempersiapkan diri menghadapi hal hal yang terjadi nanti,

tapi mempersiapkan nya ini kan bukan berarti sama sekali ngga boleh foya foya gitu, di balance aja lah, nabung iya jalan, self reward juga jalan, ibadah jalan juga, biar hidup nggak stress stress amat, mental health perlu dijaga bukan ?

lagipula orang orang yang tidak melalui fase hedon padahal dia mampu, nggak akan punya pengalaman nya, gimana rasanya dll, hidup ini Cuma sekali, umur terus bertambah, makin berumur focus kita makin komplek, 



yah gimana ya orang orang ini malah lebih seringnya menyalahkan orang lain atas hidup hedonnya, yang di omongin sih hidupnya tetap fine fine aja, sebenernya merekalah yang malah nggak Bahagia hidupnya, ngurusin orang gitu, orang kayak gini malah keliatannya anti sosial,..

kok bisa bisanya mereka nggak suka dengan cara Bahagia nya orang orang, mengingatkan boleh kok, tapi jangan maksa juga wkwk

kalau u mau tau soal fase setelah kita melewati hedonism, bisa dilihat di tulisan gw disini

>>>Dewasa yang sempurna ? <<<

oh iya, gw Cuma mau ngingetin, kalau lagi hedon, jangan pamer ke orang orang yang ngga bisa seperti u, itu salah juga, nggak jaga perasaan orang, u namanya,, ett…  karena kadang gw suka diledekin Jomblo mulu, bangke emang u pada, wkwk




intinya hedon itu boleh kok, yang penting tidak menyusahkan diri sendiri, bisa mengimbangi lah antara keinginan dan kebutuhan, dan untuk generasi sandwich, semangat bro, gw juga soalnya hehehe

hadehh jadi ngalor ngidul gini .. hmm oke lah, gw nggak closed minded orangnya, jadi kalau ada yang salah dari pendapat gw, silahkan koment aja, kita belajar bareng bareng,

see you next time hehehe

Sabtu, 18 Juni 2022

Dewasa yang Sempurna ?

Juni 18, 2022 0 Comments

Secara hemat, menjadi dewasa melewati beberapa fase dimana dimulai dari Naif, lalu Premis, lanjut ke Hedonis dan akhirnya menjadi Soliter

Ketika kita sudah Memuaskan diri sendiri yang dimulai dari sederhana sampai yang gaya glamor dan hedonisme dengan hasil terpuaskan (tidak penasaran), benar benar sudah merasakan semua hal yang ingin kita capai dan terpuaskan

 dan syukur syukur bisa beruntung menempuh fase Soliter. walau terkadang tidak semua orang sampai fase soliter karena banyak orang yang tidak dapat terpuaskan dengan beberapa kondisi hidupnya itu sendiri,



Karakteristik dan ciri ketika kamu sudah Soliter:

  1. Lebih senang menyendiri (bukan mengucilkan diri / anti-sosialdan memaksimalkan upaya individualis; sudah puas dengan kehidupan hura-hura berkumpul dengan banyak teman, berpetualang gengsi, traveling lintas pulau/negeri, indahnya pemandangan pulau melalui jendela transportasi udara, nyenyaknya tidur di hotel berkelas, dlsb. yang pada akhirnya sadar bahwa begitu banyak waktu terbuang hanya untuk sesuatu yang tiada akhir. Dan keluar rumah hanya untuk hal-hal penting, insidental, dan segala sesuatu yang bersifat simbiosis mutualisme (khususnya asmara).
  2. Cinta Benefit atau menjalin cinta dengan lawan jenis yang memiliki Benefit (bukan benefitnya Friend with Benefit / FwB); tetapi cinta yang bukan sembarang cinta, yang setidaknya ada benefit tertentu jika berpasangan dengan seseorang; yang berbenefit itu seperti dia yang rupawan, atau dia yang cerdas, atau dia yang bertalenta/berbakat. Hal-hal demikian adalah realitas paling waras bagi seorang soliter. Soliter tidak matre karena sudah puas dengan kehidupan hedonisme serta tidak mempermasalahkan keperjakaan maupun keperawanan. Prioritize benefits!
  3. Kehidupan lebih minimalis; tidak gengsi dengan makanan/minuman sederhana (bahkan tradisional) karena sudah puas dengan nikmatnya hidangan mewah, dan berpenampilan sederhana atau disesuaikan sesuai judul aktivitas. Soliter tidak akan pernah insecure pada siapa pun yang menampakkan kemewahan (apalagi flexing) karena sudah puas dan tidak lebay/norak ketika berada di lingkungan yang tidak urban.
  4. Fokus meningkatkan kualitas diri; telah benar-benar bisa menghargai diri sendiri, mulai belajar 'ngfans' terhadap diri sendiri daripada idola, lebih mendengarkan hati nurani dan akal sehat diri sendiri daripada pemuka agama atau siapa pun itu yang jelas-jelas hanya "ngomongmah gampang". Soliter lebih menghindari infotainment selebritas dan sejenisnya yang jelas-jelas tidak ada keuntungannya sama sekali.
  5. Berpikir moderat (tidak fanatik); saya pribadi cukup nyaman berada pada spektrum tengah seperti moderat ini (khususnya dalam agama dan politik), hidup lebih waras dan tidak perlu buang-buang waktu dan energi untuk memuji bahkan membenci, namun akan lebih berupaya meluruskan memberikan sudut pandang kepada yang (secara fakta) telah membuat keresahan.
  6. Tidak suka drama dan pamer; bermain atau menanggapi segala sesuatu yang dramatis adalah buang-buang waktu dan menurunkan 'kelas'. Soliter lebih nyaman dengan kepribadian yang blak-blakan, berterus terang, dan tidak munafik apalagi playing victim.
  7. Menikah bukan tujuan akhir, melainkan awal kehidupan; maka dari itu sangat tidak tertarik menikah muda, selain karena masa muda yang dipuaskan membahagiakan diri sendiri (hedonisme), alasan paling mutlaknya seperti poin nomor 2.
  8. Tidak jual mahal; ini dia yang membedakan antara soliter dengan orang-orang yang jelas 'jual mahal' (yang mungkin saja mengaku-ngaku soliter atau 'merasa' tetapi belum menempuh fase soliter). Soliter justru lebih 'murah' kepada siapa pun khususnya dalam jalinan komunikasi sampai benar-benar menetapkan kelugasan tertentu, dengan pengalaman yang dimilikinya (ketika hedonisme) tentu bisa menyadari bahwa komunikasi dan kehadiran orang-orang adalah hal yang manusiawi, meskipun sekarang (soliter) ini lebih memilih mandiri seperti poin nomor 1.

Untuk menempuh soliter itu membutuhkan waktu yang cukup lama,  karena upaya menurunkan gengsi namun tetap 'bergengsi' adalah hal yang tidak mudah, belum lagi untuk benar-benar menyadari terkait hedonisme yang tiada akhir.

Lalu apa bedanya dengan pribadi yang selalu menyendiri dan menjauhi sosial?

kurang lebih seperti ini :


salah nggak, kalau kita menjalani kehidupan yang hedon ? nggak sepenuhnya salah, karena itu bagian dari pendewasaan juga, terimakasih