Kamis, 10 Februari 2022

Bukan Anak Ajaib, Bisa apa ?


kadang saya berfikir, bahwa orang orang yang kelak akan tumbuh besar dan menciptakan perubahan di dunia adalah anak ajaib, anak yang di usia 2 tahun sudah bisa membaca, memainkan musik, melahap ilmu kalkulus di usia 6 tahun, 

saya yakin banyak orang tua murid lain iri dengan anak anak ini, orang tua mereka pun seperti menang undian dari tuhan hehe

tapi hampir tidak pernah, anak anak ini berjuang untuk mengubah dunia, karier mereka hanya sebatas itu pada akhirnya bukannya melejit, malah seperti terseok seok, 

orang orang yang terkenal dan berpengaruh didunia sekarang ini banyak diantaranya bahkan bukan berasal dari anak anak cerdas berbakat jenis ini, 

bukan berarti saya tidak suka, tapi memang walaupun mungkin secara inteletual mereka unggul, tapi secara sosial, emosional, dan praktik nyatanya tidak demikian

kurang dari seperempat anak ajaib mengalami masalah sosial dan emosional, walau mayoritas bisa menyesuaikan diri dengan baik

meskipun anak anak ajaib biasanya kaya bakat dan ambisi, yang membuat mereka tidak mampu mengubah dunia adalah karena mereka tak belajar untuk berfikir orisinal, mungkin mereka memenangkan lomba Olimpiade Sains, menjadi juara catur, terjadilah sesuatu yang tragis

latihan memang membuat mereka bisa sempurna, tapi tidak untuk membuat sesuatu yang baru, anak anak yang berbakat di bidang musik, memainkan melodi mozart yang megah dan simfoni beethoven yang indah, tetapi tak pernah mengarang komposisi orisinal mereka sendiri

mereka memusatkan energi untuk melahap pengetahuan ilmiah yang ada , tetapi tidak menghasilkan pengetahuan baru, mereka mematuhi aturan tertulis, tapi tidak membuat aturan mereka sendiri, mereka mungkin mengejar apa yang menjadi standard kekaguman orang tua dan guru mereka, tapi apa benar mereka senang melakukannya ?

terkadang menjadi anak anak paling kreatif dan membuat sesuatu yang baru malah paling kecil kemungkinannya menjadi anak kesayangan guru, guru cenderung mendiskriminasi murid yang sangat kreatif dan mencap mereka sebagai biang onar, akibatnya banyak anak cepat belajar menyesuaikan diri dengan program yang ada dan menyimpan sendiri ide orisinal mereka, 

ketika dewasa, banyak anak ajaib akhirnya menjadi pakar di bidang mereka dan pemimpin di organisasi mereka, namun hanya sebagian kecil dari mereka yang menciptakan sebuah revolusioner baru untuk dunia di bidang yg mereka kuasai

Mereka menerapkan kemampuan luar biasa mereka dengan cara yang biasa, menguasai pekerjaan mereka tanpa mempertanyakan hal yang default dan tanpa membuat riak-riak pemicu gejolak. Di setiap bidang yang diterjuni, mereka bermain aman dengan mengikuti jalur sukses konvensional. 

Mereka menjadi dokter yang menyembuhkan pasien tanpa berjuang memperbaiki sistem rusak yang membuat banyak pasien tidak mendapatkan pelayanan kesehatan karena tidak mampu membayar. 

Mereka menjadi ahli hukum yang mem bela klien karena melanggar hukum yang ketinggalan zaman, tanpa berusaha mengubah hukum itu sendiri. 

Mereka menjadi guru yang mengajarkan aljabar tanpa memper tanya kan apa kah pelajaran ini dibutuhkan murid-muridnya. Meski pun kita bergantung pada mereka agar dunia berjalan mulus, tetapi mereka justru membuat kita berjalan di tempat. 

Anak genius terhambat oleh motivasi pencapaian. Dorongan untuk berhasil inilah yang bertanggung jawab atas pencapaian pencapaian terbesar di dunia. 

Saat kita ditakdirkan untuk unggul, kita punya modal untuk bekerja lebih keras, lebih lama, dan lebih cerdas. Namun, di saat kebudayaan berhasil mengumpulkan jumlah pencapaian yang besar, orisinalitas menjadi semakin tersisih karena hanya dimiliki segelintir orang tertentu. Motivasi pencapaian yang menjulang tinggi bisa menyingkirkan orisinalitas: ketika Anda semakin menghargai prestasi, Anda akan semakin takut gagal. Alih-alih mengincar prestasi unik, dorongan kuat untuk sukses membawa kita ke arah yang dijamin sukses.

Begitu orang melewati tingkat menengah dalam hal kebutuhan berprestasi, ada bukti bahwa sesungguhnya ia menjadi kurang kreatif.” Dorongan untuk sukses dan rasa takut gagal yang menyertainya telah menghalangi beberapa pencipta dan agen perubahan terbesar dalam sejarah. 

Karena lebih memedulikan usaha menjaga kestabilan dan meraih prestasi konvensional, mereka enggan memburu orisinalitas. Alih-alih melaju dengan keyakinan sendiri, mereka harus dibujuk, diyakinkan, atau dipaksa untuk menentukan sikap. 

Meski tampak memiliki kualitas sebagai pemimpin alamiah, mereka ibaratnya–bahkan kadang benar-benar–ditopang oleh pengikut dan rekanrekan nya. Jika segelintir orang tidak diyakinkan untuk mengambil langkah orisinal, 

Negara mungkin tidak eksis, pergerakan hak sipil mungkin masih menjadi impian, kita mungkin masih percaya matahari berputar mengelilingi bumi, dan komputer pribadi mungkin takkan pernah populer.  

dan banyak lagi


~Original [ Adam grant ]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar